PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL
A. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur,
penulis soal dapat mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah
dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S. Bloom,
Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E.
Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.
1. Ranah kognitif yang dikembangkan
Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di antaranya seperti: menyebutkan,
menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan; (2) Pemahaman di
antaranya seperti: membedakan,
mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di
antaranya seperti: menggunakan, menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti:
membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis
antaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun;
(6) Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.
2. Jenis perilaku yang dikembangkan
Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan,
(5) evaluasi.
3. Jenis perilaku yang dikembangkan
R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan memusat (focusing skills), seperti:
mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi,
seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti:
merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan,
mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis,
seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok,
kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti:
menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu
(integreting skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan
menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.
4. Jenis perilaku yang dikembangkan
Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan intelektual: diskriminasi,
identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi,
generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu
pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4)
keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan
untuk memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah:
(1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.
6. Domain psikomotor yang
dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay adalah: (1) persepsi, (2)
kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6)
organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.
7. Keterampilan berpikir yang
dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut.
a. Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan
antara ... dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang
....
b. Hubungan
sebab-akibat
- Apa penyebab utama ...
- Apa akibat …
c. Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu
pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu
setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
d. Meringkas
- Tuliskan pernyataan penting yang
termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi …
e. Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang
berasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang
dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
f. Berpendapat (inferring)
- Berdasarkan ..., apa yang akan
terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap …
g. Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut
berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ...
h. Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai
dengan ide Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang
apa yang akan terjadi bila ....
i. Menerapkan
- Selesaikan hal berikut dengan
menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan
menggunakan pedoman....
j. Analisis
- Manakah penulisan yang salah
pada paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat
tentang ciri utama ....
k. Sintesis
- Tuliskan
satu rencana untuk pembuktian ...
- Tuliskan
sebuah laporan ...
l. Evaluasi
- Apakah kelebihan dan kelemahan
....
- Berdasarkan kriteria ...,
tuliskanlah evaluasi tentang...
B. Penentuan Perilaku yang Akan
Diukur
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan
ditanyakan selesai dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan
secara tepat perilaku yang akan
diukur. Perilaku yang akan diukur, pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi tergantung
pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya.
Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman
kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai
dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula
menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada
"perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar
kompetensi". Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat
mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku
yang sangat sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi,
berdasarkan rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang
tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik di kelas.
C. Penentuan
dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun
kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar
dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir
semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian
akhir semester ganjil
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
|
Jumlah soal tes tulis
|
Jumlah soal
Praktik
|
|
PG
|
Uraian
|
||||
1
|
1.1 ............
|
...........
|
6
|
--
|
--
|
2
|
1.2 ............
|
...........
|
3
|
1
|
--
|
3
|
1.3 ............
|
...........
|
4
|
--
|
1
|
4
|
2.1 ............
|
...........
|
5
|
1
|
--
|
5
|
2.2 ............
|
...........
|
8
|
1
|
--
|
6
|
3.1 ............
|
...........
|
6
|
--
|
1
|
7
|
3.2 ...........
|
...........
|
--
|
2
|
--
|
8
|
3.3 ..........
|
...........
|
8
|
--
|
--
|
Jumlah soal
|
40
|
5
|
2
|
D. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print
atau table of specification)
merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan
kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam
menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks
seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN
SOAL
Jenis sekolah : ……………………… Jumlah soal : ………………………
Mata pelajaran : ……………………… Bentuk
soal/tes : ..................
Kurikulum : ……………………… Penyusun : 1. …………………
Alokasi waktu : ……………………… 2. …………………
No.
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Kls/
smt
|
Materi
pokok
|
Indikator soal
|
Nomor
soal
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang
ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri,
kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi
persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili
isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan
proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan
secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan
dapat dibuatkan soalnya.
E. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan
kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan
materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan
standar kompetensi. Indikator yang baik
dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik:
1. menggunakan kata kerja
operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. menggunakan satu kata kerja
operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional
untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau
pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A =
audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku yang harus
ditampilkan), C = condition (kondisi
yang diberikan), dan D = degree (tingkatan
yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah
menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal
yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah
kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model
yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan
di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai
dengan dasar pertanyaan (stimulus).
(1) Contoh model pertama untuk soal
menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan
sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri", peserta
didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.
Soal : (Soal
dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih
dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari
harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti
berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi
ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari
ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari
ini
Kunci:
d
(2) Contoh model kedua
Indikator: Peserta didik dapat
menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal : Penulisan nilai
uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP
125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b
|
F. Langkah-langkah
Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian
yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1)
menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3)
menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal
berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk
pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis
butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8)
merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji
coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik
hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.
G. Penyusunan
Butir Soal Tes Tertulis
Penulisan butir soal tes tertulis
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian.
Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang
sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk
obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam
tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada
kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di
antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan
untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan
mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau
kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit
menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit
menyusun pedoman penskorannya.
H. Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan
tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan
yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk
menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit
dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya.
Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya
karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas
penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk
uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian
non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang
menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga
penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur
dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian
non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga
penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat
kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang
diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah
"kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun
disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun
skala seperti berikut.
Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 3
Skor
- Sesuai 3
- Cukup/sedang 2
- Tidak sesuai 1
- Kosong 0
Atau skala seperti berikut:
Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor
Skor
- Sangat Sesuai 5
- Sesuai 4
- Cukup/sedang 3
- Tidak
sesuai 2
- Sangat
tidak sesuai 1
- Kosong 0
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka
penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan
pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam
format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam
satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah
seperti berikut ini.
KARTU SOAL
Jenis Sekolah : ……………………............ Penyusun : 1. ……………………
Mata Pelajaran :
……………………........... 2.
……………………
Bahan Kls/Smt :
……………………............ 3.
……………………
Bentuk Soal :
……………………............ Tahun
Ajaran : ……………………….
Aspek yang diukur :
……………………............
|
|||||||||||||
KOMPETENSI DASAR
|
BUKU SUMBER:
|
||||||||||||
RUMUSAN BUTIR SOAL
|
|||||||||||||
MATERI
|
|||||||||||||
NO SOAL:
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
INDIKATOR SOAL
|
|||||||||||||
|
KETERANGAN SOAL
|
||||||||||||
NO
|
DIGUNAKAN UNTUK
|
TANGGAL
|
JUMLAH SISWA
|
TK
|
DP
|
PROPORSI PEMILIH
ASPEK
|
KET.
|
||||||
|
|
|
|
|
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
OMT
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FORMAT PEDOMAN PENSKORAN
NO
SOAL
|
KUNCI/KRITERIA JAWABAN
|
SKOR
|
|
|
|
Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila
ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan
indikator.
b. Setiap
pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi
yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi
yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang
menuntut jawaban terurai.
b. Ada
petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman
penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau
yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus
komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan
yang menyinggung perasaan peserta didik.
H. Penulisan Soal Bentuk Pilihan
Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat
diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam
menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang
baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta
panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk
memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya
perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan
pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga
menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan
soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di
dalam satu format. Adapun formatnya seperti berikut ini.
KARTU SOAL
Jenis Sekolah : ………………………………. Penyusun : 1.
Mata Pelajaran : ………………………………. 2.
Bahan Kls/Smt : ………………………………. 3.
Bentuk Soal : ……………………………….
Tahun Ajaran : ……………………………….
Aspek yang diukur : ……………………………….
|
||||||||||||||
KOMPETENSI DASAR
|
BUKU
SUMBER
|
|||||||||||||
RUMUSAN BUTIR SOAL
|
||||||||||||||
MATERI
|
||||||||||||||
NO
SOAL:
|
|
|||||||||||||
KUNCI :
|
|
|||||||||||||
|
||||||||||||||
INDIKATOR SOAL
|
||||||||||||||
|
KETERANGAN SOAL
|
|||||||||||||
NO
|
DIGUNAKAN UNTUK
|
TANGGAL
|
JUMLAH SISWA
|
TK
|
DP
|
PROPORSI PEMILIH
|
KET.
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
OMT
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan
pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu
jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1)
dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan
jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan
indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur
sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu
jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara
jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus
jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang
dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila
terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk
ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat
kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah
jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung
pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai
terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan
yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda
diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif
ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan
logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal
dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya
harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban
harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta
didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih
panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung
pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan
jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini,
maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan
merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk
angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka
atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun
dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar,
dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus
disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan
peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gambar,
grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya,
apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat
dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar,
grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik,
atau tabel itu tidak berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak
menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya,
umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada
jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan
peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat
menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/budaya
a. Setiap
soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a)
pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b)
pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan:
(1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif,
sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan
jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.