A. Ruang Lingkup
Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi
berkaitan dengan objek evaluasi itu sendiri. Jadi, jika objek tersebut tentang
pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang
lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau
dari berbagai perspekttif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran,
proses dan hasil belajar, serta kompetensi.
1. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif
domain hasil belajar
Menurut Benyamin S. Bloom,
dkk hasil belajar dapat di kelompokkan ke dalam tiga domain ,yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Adapun rincian domain tersebut, antara lain:
a. Domain kognitif (cognitive domain). domain ini
memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
· Pengetahuan
(knowledge) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa mengetahui adanya konsep,
fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja
yang dapat di gunakan, antara lain: mengidentifikasi, membuat garis besar,
menyusun daftar dll.
· Pemahaman
(comprehension) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa memahami atau mengerti tentang
materi pelajaran yang disampaikan dan dapat memanfaatkannya. Kata kerja yang
dapat digunakan antara lain menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh dll.
· Penerapan
(application) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik menggunakan ide-ide
umum, metode, prinsip, dan teori dalam situasi yang baru dan konkret. Kata
kerja yang digunakan diantaranya mengungkapkan, mendemonstrasikan, menunjukkan dll.
· Analisis
(analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik menguraikan suatu
situasi atau keadaan tertentu ke dalam komponen pembentuknya. Kata kerja yang
digunakan diantaranya menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan
dll.
· Sintesis
(synthesis) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik menghasilkan sesuatu
yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasilnya bisa berupa
tulisan, rencana atau meanisme. Kata kerja yang digunakan diantaranya menyusun,
menggolongkan, menggabungkan dll.
· Evaluasi
(evaluation) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik dapat mengevaluasi
suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasaran kriteria tertentu.
Kata kerja yang digunakan diantaranya menilai, membandingkan, menduga dll.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal
Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan
sebagai berikut:
a. Mengingat (remembering)
Mengingat
merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar
“mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya
selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai
suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional
mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang,
mengidentifikasi, memasangkan, menandai, dan menamai.
b. Memahami (understanding).
Pertanyaan
pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian
yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah
diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab
pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun
harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata
operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifi-kasikan,
membandingkan, menjelaskan, dan membeberkan.
c. Menerapkan (applying).
Pertanyaan
penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai
untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. Kata kerjanya melaksanakan,
menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai,
menyelesaikan, dan mendeteksi.
d. Menganalisis (analyzing).
Pertanyaan
analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata
kerjanya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang,
mengubah struktur, mengerangkakan, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, dan membandingkan.
e. Mengevaluasi (evaluating).
Mengevaluasi
membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan
mengkritik. Kata kerjanya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, membenarkan, dan menyalahkan.
f. Mencipta (creating).
Membuat adalah
menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan,
dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
dan menggubah.
b. Domain afektif (affective domain) yaitu
internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila
peserta didik sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap
sehingga menjadi bagian darinya dalam membentu nilai dan tingkah laku. Domain
afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
· Kemauan menerima (receiving) yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik peka terhadap eksistensi fenomena atau
rangsangan tertentu. Kata kerja yang digunakan diantaranya menanyakan, memilih,
menggambarkan dll.
· Kemauan menanggapi atau menjawab (responding) yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik tidak hanya peka terhadap suatu fenomena,
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan
peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata
kerja yang digunakan diantaranya membaca, mengemukakan, mendiskusikan dll.
· Menilai (valuing) yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik menilai suatu objek, fenomena atu tingah laku
secara konsisten. Kata kerja yang digunakan diantaranya melengkapi,
menerangkan, mengusulkan dll.
· Organisasi (organization) yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik menyatukan nilai yang berbeda, memecahkan
masalah. Kata kerja yang digunakan diantaranya mengubah, mengatur,
membandingkan dll.
· Menjadi pola hidup yaitu kemampuan seseorang
untuk menerapkan setiap yang dipelajari dalam tindakan sehari-hari.
c. Domain
psikomotor (psychomotor domain) yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan
gerak tubuh atau bagiannya. Kata kerja yang digunakan harus sesuai dengan
kelompok ketrampilan masing-masing, yaitu:
· Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikat
dari keterampilan itu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek ini adalah mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, mnyesuaikan,
dan sebagainya.
· Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu
tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Kata
kerja yang sering digunakan dalam mengukur aspek ini adalah menempatkan,
membuat, memanipulasi, merancang, dan sebagainya.
· Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan
dimana hal-hal yang diajarkan (sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan
dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini diantaranya adalah
memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.
· Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang
dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih komplek terutama yang berhubungan
dengan gerakan interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang biasa
digunakan untuk mengukur aspek ini adalah menggunakan, mensketsa, menimbang,
menjeniskan, dan sebagainya.
Berdasarkan
taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dibagi menjadi dua, yaitu
tingkat tinggi dan tingkat rendah. kemampuan tingkat rendah terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi
meliputi analisis, sintesis, evaluasi dan kreatifitas.
2. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif
Sistem Pembelajaran
a. Program
pembelajaran yang meliputi:
· Tujuan pembelajaran umum
atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam
setiap pokok atau bahasan.
· Isi atau materi
pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik atau pokok bahasan beserta
perinciannya dalam setiap bidang studi.
· Metode pembelajaran, yaitu
cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab
diskusi dll.
· Media pembelajaran yaitu
alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi atau
materi pelajaran. Media dibagi menjadi 3, yaitu media audio, media visual,
media audio-visual.
· Sumber belajar, yang
meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar.
· Lingkungan, terutama
lingkungan sekolah dan keluarga.
· Penilaian proses dan hasil
belajar, baik menggunakan tes ataupun non tes.
b. Program
pelaksanaan pembelajaran, meliputi:
· Kegiatan, yang meliputi
jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan, sarana pendukung dll.
· Guru, terutama dalam hal menyampaikan materi,
kesulitan guru dll.
· Peserta didik, terutama peran peserta dalam kegiatan
belajar, keaktifan, kesulitan belajar dll.
c. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
3. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
a. Sikap, kebiasaan, motivasi, minat dan bakat.
b. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan
pelajaran.
c. Kecerdasan peserta didik .
d. Perkembangan jasmani atau kesehatan.
e. Keterampilan
4. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif
Penilaian Berbasis Kelas
Sesuai Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, maka ruang lingkup penilaian
berbasis kelas adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi ini pada hakikatnya ialah pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.
b. Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran yang lebih
spesifik.
c. Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum.
d. Kompetensi
Tamatan
Kompetensi ini merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu.
e. Pencapaian
Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum,
kompetensi rumpun pelajaran, dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman
belajar dapat memberikan efek posistif dalam bentu kecakapan hidup (life
skills).
B. Devinisi
Aspek-Aspek Unsur Penilaian
1. Aspek Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di
dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a. Pengetahuan / hafalan
/ ingatan ( knowledge ) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah
dapat menghafal rukun Islam dan menuliskannya dengan berurutan, sebagai salah
satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di sekolah.
b. Pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya: peserta didik dapat menjawab pertanyaan guru Bahasa Indonesia
mengenai unsur-unsur intrinsik cerita pendek dengan memberi contoh menggunakan
kalimat sendiri.
c. Penerapan
(application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus,
teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini
adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya:
Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang
diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
d. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang
untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi dari jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang
wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah, dan dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran
Islam.
e. Sintesis
(syntesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang terstruktur
atau membentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
dari jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis
ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
f. Penilaian / penghargaan
/ evaluasi ( evaluation ) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi di sini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai
atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan
mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau
kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta
didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang
yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan akibat-akibat negatif yang akan
menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada
akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian.
Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap
(tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada
dibawahnya.
2. Aspek Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1)
receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by
evalue or calue complex.
a. Receiving atau
attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering diberi
pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.
Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau
nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke
dalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil
belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin
wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan
jauh-jauh.
b. Responding (menanggapi) mengandung arti
“adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini
lebih tinggi daripada jenjang receiving.
c.Valuing
(menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing
adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”,
maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai
itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut
telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing
adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku
disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
d.Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal,
yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya
hubungan satu nilai denagan nilai lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang
telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta
didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak
presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam
suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya
dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif
tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia
telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta
didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif
pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta
didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut
disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, di rumah maupun di tengah-tengan
kehidupan masyarakat.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, dan sebagainya. Hasil belajar
ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil
belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi
hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan
ranah afektif.
Ranah psikomotor menjadi lebih rinci lagi ke dalam enam jenjang, yaitu:
a. Gerakan Refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya: melompat, menunduk, berjalan,
menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang.
b. Gerakan dasar (basic fundamental
movements) gerakan ini muncul
tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan
dapat ditebak seperti gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang,
mendorong, menarik, memeluk, berputar. Gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar
mengitari, memanjat. Gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting,
menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
c. Gerakan persepsi (Perceptual obilities) gerakan sudah
lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual. Seperti menangkap bola dan
mendrible bola. Gerakan sambil menjaga keseimbangan memilih satu objek kecil
dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi, menulis alfabet, dan
membedakan suara berbagai binatang.
d. Gerakan kemampuan fisik (Psycal abilities) gerak lebih
efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar seperti menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat beban,dan
menarik-mendorong.
e. Gerakan terampil (Skilled movements) dapat mengontrol
berbagai tingkat gerak-terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit
dan rumit (kompleks) seperti melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga,
menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain
piano, dan memanah.
f. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive
communication) mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan seperti melakukan
senam tingkat tinggi dan bermain drama (acting).
· Gerak estetik:
gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah.
· Gerakan kreatif:
gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
Referensi:
Hiidayati, Arina Syarifa. 2012. Standar, Ruang Lingkup dan ManfaatEvaluasi Pembelajaran.[Online].
(14 September 2012 20.30 WIB)
Miftah, Ayip. 2011. Kemampuan
Kognitif menurut Revisi TaksonomiBloom. [Online]. (14
September 2012 20.00 WIB)
Muliya, Deka. 2012. Ranah Penilaian
Kognitif, Afektif,dan Psikomotorik. [Online]. (14
September 2012 20.20 WIB)
Muzakki, Mohammad. 2011. Ranah
Penilaian Kognitif,Afektif, dan Psikomotorik. [Online]. (14
September 2012 20.40 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar