A. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
Secara bahasa, evaluasi adalah terjemahan dari kataevaluation (B.
Inggris). Kata Evaluation berasal dari value yang
berarti nilai. Kata evaluation, dengan
demikian, diterjemahkan juga dengan penilaian. Sehingga antara “penilaian” dan
“evaluasi” dapat dipandang sebagai semakna. Dalam bahasa Arab
penilaian diartikan al-taqdir.
Secara istilah, evaluasi diartikan
sebagai suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dari suatu obyek. Istilah (term) ini pada
awalnya dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, akan tetapi seiring dengan
perkembangan waktu, term ini telah memasuki setiap aspek
kehidupan manusia. Tokoh yang mempopulerkan term ini pertama kali adalah Ralph
Tyler, dengan memaknai evaluasi sebagai proses pengumpulan data guna menentukan
sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana dari tujuan pendidikan sudah
dicapai.
Ketika kata evaluasi ini dirangkai dengan kata ”hasil
belajar” (EHB) berarti, suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai keberhasilan siswa setelah melakukan proses pembelajaran pada
waktu tertentu. Ketika
dirangkai dengan kata pendidikan (evaluasi pendidikan) berarti
suatu proses untuk menentukan nilai pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Dan ketika dirangkai
dengan pengajaran (evaluasi pengajaran) berarti suatu proses
(sistematis) untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana
tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Dari ketiga definisi di atas, tampak bahwa dalam
mengadakan evaluasi selalu diawali dengan sebuah proses. Proses
tersebut berupa tindakan membandingkan antara kemampuan siswa dengan tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan kepada siswa (assesment) yang mana pertanyaan tersebut
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemudian jawaban yang diberikan siswa
dibandingkan dengan kunci jawaban dari pertanyaan tersebut (yang tentunya juga
sesuai dengan tujuan pembelajaran) (pengukuran). Baru setelah itu penilaian
terhadap siswa bisa diberikan. Jika jawaban siswa sama dengan kunci (tujuan
pembelajaran) maka siswa dapat dinilai sebagai menguasai materi. Jika
jawaban siswa tidak sesuai
dengan kunci maka ia dinilai tidak menguasai dan seterusnya.
Contoh:
setelah menyampaikan materi tentang jihad, yang di antara tujuan
pembelajarannya adalah “Siswa memahami bentuk-bentuk jihad” dengan indikator:
“Mampu membedakan antara jihad pada zaman Rasul dengan zaman sekarang”, seorang
guru ingin mengetahui apakah materi tersebut sudah difahami oleh siswanya atau
belum. Maka guru tersebut harus menyusun sejumlah pertanyaan yang materinya
harus mengacu pada tujuan pembelajaran tersebut, dan di antara pertanyaanya
tentu adalah “Bagaimana perbedaan bentuk jihad pada zaman Rasul dengan jihad
pada zaman sekarang?” Setelah siswa
memberikan jawaban, jawaban tersebut lalu dibandingkan (dicocokkan) dengan
kunci jawaban (yang juga mengacu pada tujuan pembelajaran). Setelah itu barulah
siswa bisa dinilai tentang tingkat penguasaannya.
Proses pembandingan sebagaimana disebutkan di atas, dinamakan pengukuran (measurement). Dengan
kata lain pengukuran adalah membandingkan
sesuatu dengan atau atas dasar suatu ukuran atau kriteria tertentu. Jadi di dalam evaluasi terdapat kegiatan pengukuran
dan penilaian. Dari sini tampak perbedaan antara evaluasi dengan penilaian.
Penilaian adalah bagian (akhir) dari evaluasi. Dan
tidak benar ketika kita hendak melakukan penilaian terhadap obyek tertentu
tanpa didahului dengan pengukuran sebelumnya.
Sedangkan hubungan
antara penilaian dan pengukuran dapat digambarkan, bahwa penilaian hanya dapat
dilakukan dengan tepat jika didahului dengan pengukuran, dan pengukuran tidak
akan memberikan makna apa-apa jika tidak dikaitkan dengan (kriteria) penilaian.
Baik buruknya evaluasi bergantung pada proses pengukuran yang
mendahuluinya.
Dalam usaha mendapatkan keterangan yang valid dan
mudah dalam pengukuran tersebut digunakanlah angka, yang dimulai dengan
pemberian bobot bagi tiap-tiap item soal dan pemberian skor bagi jawaban siswa.
Skor tersebut kemudian diubah menjadi nilai (berupa angka juga) yang dijadikan
sebagai simbul dari penilaian yang sebenarnya.
Dari sini tampak
perbedaan lain antara penilaian dengan pengukuran. Pengukuran
bersifat kuantitatif (berupa penjumlahan angka) sekaligus merupakan jawaban
dari pertanyaan ”how much”, sementara penilaian bersifat
kualitatif dan merupakan jawaban dari pertanyaan ”what value”.
Sementara beberapa ahli mencoba
memberikan penjelasan lebih lengkap dengan memberi setiap proses dalam evaluasi
dengan sebutan yang lebih rinci. Evaluasi, assesment, pengukuran dan penilaian.
masing-masing istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Evaluasi
adalah proses yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengetahui efisiensi kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari
pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. Assesment
adalah proses pengumpulan berbagai datayang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Pengukuran adalah proses membandingkan
sesuatu dengan ukuran tertentu (bersifat kuantitatif). Sedangkan penilaian
adalah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu (bersifat kualitatif).
Dengan demikian, dapat digambarkan, dalam melakukan evaluasi terhadap hasil
belajar, dimulai dengan assesment (melakukan tes dan pengoreksian) kemudian
pengukuran (membandingkan hasil pekerjaan siswa dengan kunci) dan diakhiri
dengan penilaian (diambil keputusan tentang penguasaan anak terhadap materi).
B. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar (Pendidikan)
1. Tujuan Umum
a) Untuk menghimpun data tentang taraf kemajuan dan
perkembangan peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu. (Sampai di mana keberhasilan mereka dalam
mencapai tujuan kurikuler).
b) Untuk mengetahui efektifitas metode pengajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk merangsang peserta didik dalam program
pembelajaran
b) Untuk mencari
faktor keberhasilan dan kegagalan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
C. Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Secara umum evaluasi (penilaian) memiliki banyak
fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
1. Fungsi selektif. Dengan evaluasi, guru dapat
menyeleksi peserta tes (siswa) dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Berkaitan
dengan tujuan ini beberapa hal yang dapat diambil dari evaluasi adalah:
a. menentukan layak diterima atau tidak seorang peserta
tes
b. menentukan layak dinaikkan atau tidak seorang siswa ke
kelas berikutnya
c. menentukan layak dilepas atau tidak seorang siswa dari
lembaga tempat belajar.
d. menentukan siswa yang layak untuk menerima beasiswa
2. Fungsi diagnosa. Untuk mengetahui dalam hal apa
seorang siswa mempunyai kelemahan dalam belajar.
3. Fungsi penempatan. Dengan hasil evaluasi yang
diperoleh, guru dapat menentukan di mana posisi anak yang tepat.
4. Fungsi pengukuran keberhasilan. Dalam hal ini adalah
keberhasilan program. Termasuk pencapaian tujuan dan metode serta penggunaan
sarana.
Lebih spesifik fungsi Evaluasi Hasil Belajar yang
dilaksanakan dalam PBM di sekolah adalah:
1. untuk mengetahui
seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang
telah dilaksanakan.
2. untuk mengetahui apakah mata pelajaran
yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita
harus mengulangi.
3. untuk mendapatkan bahan-bahan informasi untuk
menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau
harus mengulang.
4. untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh
anak-anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum.
5. untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup
matang untuk kita lepaskan ke dalam masyarakat atau ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi.
6. untuk mengadakan seleksi.
7. untuk
mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
D. Manfaat Evaluasi
1. Bagi siswa:
Siswa dapat mengetahui sejauh mana dia
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Bagi guru:
a. Guru akan mengetahui siswa-siswa mana yang sudah
menguasai bahan pelajarannya.
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan
sudah tepat bagi siswa.
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang diberikan
sudah tepat atau belum.
3. Bagi sekolah:
a. Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi
belajar yang dilangsungkan di sekolah.
b. Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum
sekolah dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa-masa yang akan dating.
c. Informasi hasil penilaian yang diperoleh
dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang
dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standart atau belum. Pemenuhan standart
akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar