A.
Konsep
Sikap
a. Pengertian
Sikap
Sikap
merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara,
metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang
- orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan
dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti semua perbuatan identic dengan
sikap.
Sikap menurut para ilmuan
a.Birrent, et al (1981)
mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek,
orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana pribadi seseorang di
ekspresikan. Menurutnya sifat kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola
kebiasaan atau cara bereaksi terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap
seseorang, kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya.
b.Menurut klausmeier (1985) ada
tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap, tiga model itu adalah:
mengamati dan meniru, menerima penguatan dan menerima informasi verbal. Ketiga
model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran
model pertama berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977)
menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui model (learning
through modeling). Model kedua menerima penguatan pembelajaran model ini
berlangsung melalui pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima
suatu respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan
positif) atau hukuman (penguatan negative). Model ketiga, menerima informasi
verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui lisan atau
tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di peroleh oleh seseorang akan
mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap terhadap objek yang bersangkutan.
c.Menurut muhajirin (1992:75),
mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada
suatu objek social. dst!
Dari
beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi karateristik sikap
seseorang oleh Rahmat (1998)
1.Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi,
berpikir. dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap
bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu
terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan,
situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya
rekaman masa lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang
disukai dan menghindari apa yang tidak diinginkan.
3.Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah
terbentuk pada diri seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative
lama karena hal itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek sikap masih
menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap
akan berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak
lahir, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang
dapat meramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai
tingkah laku peserta didik seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang tinggi
untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya, penghargaan
dan rasa hormat terhadap guru mata pelajaran yang bersangkutan.
b. Pengertian
penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan
Dalam kehidupan
sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering melakukan penilaian. Namun, banyak
orang belum memahami secara tepat arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik, dan sebagainya.
Popham
(1995)
mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seorang
peserta didik yang tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran
tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara
maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat/karakter terhadap mata
pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran
secara maksimal.
David
Krathwhohl dkk (1974)
dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of
educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah penilaian
yang berkaitan
Pengukuran
sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain:
observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala
sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan sebagai berikut:
1.Observasi perilaku
Perilaku
seseorang pada umumnya menunjukkan kecendurungan seseorang dalam sesuatu hal.
Misalnya, orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecendurungan yang
senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap
siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan balik dalam
pembinaan.
2. Pertanyaan langsung.
Kita juga dapat
menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu
hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru di sekolah
tentang “peningkatan Ketertiban”
3. Laporan pribadi
Penggunaan
teknik ini disekolah, misalnya siswa diminta membuat usulan yang berisi
pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi
objek sikap.
4. Skala sikap
Ada
beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar untuk mengukur sikap. Dalam
buku ini akan diuraikan dua model saja, yaitu skala diferensiasi semantik
(scematic differential techniques) dan skala Likert (Likert scales). Skala
diferensiasi semantik memiliki dua kelebihan dibandingkan dengan berbagai
teknik yang lain. Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kedua,
teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian
sikap siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua skala tersebut disajikan pada
bab-bab berikutnya.
B.Penilaian
Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas
a. Komponen-komponen
Sikap
Sikap pada
dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
1.Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap suatu objek.
2.Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai
objek.
3.Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan
cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
b. Tujuan
Penilaian Sikap
Untuk mendapat
umpan balik (feedback) baik bagi guru
maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya. Untuk mengetahui tingkat
perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai
bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang
tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untuk menempatkan anak didik dalam
situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan
kemampuan serta karakteristik anak didik.
1. Pentingnya penilaian sikap
Secara umum,
semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan. Tiga domain tujuan itu
adalah: peningkataan kemampuan kognitif; peningkatan kemampuan afektif; dan
peningkatan keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang ada
dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang sangat
menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaiannya
adalah dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor agak terabaikan.
Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan masyarakat akhir-akhir ini,
lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki sikap
positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan kurang terampil untuk
menjalani kehidupan dalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi
ini perlu diperbaiki. Domain kognitif, afektif dan konatif atau psikomotor
perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian.
Dengan demikian, penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan
hasil penilaiannya perlu ditindak lanjuti.
2. Sikap dan objek yang perlu
dinilai
Penilaian sikap
dalam berbagai mata pelajaran dapat, secara umum dilakukan dalam berkaitan
dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran,
siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap
positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih
mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap siswa terhadap
mata pelajaran yang diajarkan.
b.Sikap terhadap guru mata
pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru, yang mengajar
suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki sikap yang tidak positif terhadap
guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa
yang memiliki sikap negative terhadap guru pelajaran akan sukar menyerap materi
pelajaran yang akan disampaikan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses
pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan.
Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses
pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk
menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang
berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi
terhadap penyerapan materi pelajaran.
d. Sikap terhadap materi dari
pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap
materi pembelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses
pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan
nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui suatu pokok
bahasan. Misalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam mata peajaran ilmu
pengetahuan sosial. Berhubungan dengan pokok bahasan ini, ada nilai-nilai luhur
tertentu yang relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa.
Misalnya: kerjasama, kekeluargaan, hemat dan sebagainya. Dengan demikian, untuk
mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai
tersebut dalam diri siswa perlu dilakukan penilaian.
f.Sikap berhubungan dengan
kompetensi afektif lintas kurikulum, seperti yang diuraikan diatas.
Kompetensi-kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan dalam
proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 1994 yang masih berlaku.
3. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain:
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
d. Skala sikap
Cara-cara
tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Perilaku
seseorang pada umumnya menunjukan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Misalnya, orang yang bisa minum kopi, dapat dipahami sebagai kecenderungannya
yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi
terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan
b. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat
mengatakan secara langsung tentang sikap siswa berkaitan dengan sesuatu hal.
Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan
disekolah tentang “peningkatan ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain
dari siswa dalam memberi jawaban dapat dipahami sikapnya terhadap objek sikap
tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan
membina siswa.
c. Laporan pribadi
Penggunaan
teknik ini di sekolah, misalnya: siswa diminta membuat ulasan yang berisi
pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang
menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang
“Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan
yang dibuat oleh siswa tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap
yang dimilikinya.
Teknik ini agak
sukar digunakan dalam mengukur dan menilai sikap siswa secara klasikal. Guru
memerlukan waktu lebih banyak untuk membaca dan memahami sikap seluruh siswa.
c. Penilaian
Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian
Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis
komputer. Penilaian berbasis kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta didik
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil
kemampuan peserta didik sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum (Sujana, 2000,29). Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara
terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam
suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi
dalam kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.
Menurut
pusat kurikulum, istilah Penilaian Berbasis Kelas (PBK) digunakan untuk
menggambarkan suatu penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan
pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar
peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autetik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas
publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar
yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus
dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan.
Dalam
Penilaian Berbasis Kelas (PBK), penilain diarahkan terhadap hasil belajar
peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif
berkaitan dengan kemampuan intelektual peserta didik, yang bila mengacu pada
taxonomi Bloom, bisa diklasifikasikan menjadi enam tingkatan, yaitu knowledge,
atau recall (kemampuan penerapan), analysis (kemampuan menganalisis), synthesis
(kemampuan menghubungkan), dan evaluation (kemampuan mengevaluasi). Aspek
afektif berkaitan dengan sikap peserta didik, misalnya sikap terhadap belajar,
rasa percaya diri, tanggung jawab dan sejenisnya. Sedangkan aspek psikomotor
berkaitan dengan keterampilan motorik peserta didik, baik motorik halus,
seperti kemampuan berbicara, menulis, menggambar, menggunting, maupun motorik
kasar, seperti kemampuan olahraga, kemampuan menggunakan alat, kemampuan
memainkan alat musik, dan sejenisnya (Usman,2005: 45).
Dalam
menilai performansi hasil belajar peserta didik, ada beberapa tipe penilaian
yang bisa digunakan. Priestely (1982) dalam Wiyono (2004) membedakan menjadi
enam, yaitu penilaian performansi aktual (actual performance assesment),
penilaian simulasi (simulation assesment), penilaian melalui pengamatan
(abservational assesment), penilaian oral (oral assesment), penilaian program
(program requirement), dan penilaian melalui tes (paper and pencil assesment)
(Rusman,2006: 37).
Kesimpulan
ØSikap
merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara,
metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang
- orangan maupun berupa objek - objek tertentu
ØAda
beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori pembelajaran, teori fungsional,
teori pertimbangan sosial, teori konsistensi.
ØMacam
– macam skala dalam penilaian sikap: skala likert, skala thurstone, guttman,
semantic, differential.
Ø Beberapa
komponen sikap yaitu: afektif,kognitif,konatif.
Ø Tujuan
penilaian sikap yaitu: Untuk mendapat umpan
balik (feedback) baik bagi guru maupun
siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.
membantu saya menyelesaikan tugas
BalasHapus