Jumat, 26 Juni 2015

SILABUS

STAI NUR EL GHAZY BEKASI
FAKULTA TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SILABUS


Mata kuliah                : Evaluasi Pembelajaran
S K S                               : 2 SKS
Prodi Konsentrasi   : Pendidikan Agama Islam
Dosen                            : H. Ma'mun Zahrudin


I. Deskripsi Mata kuliah

Matakuliah ini membahas tentang hakikat evaluasi pembelajaran yang meliputi konsep dasar evaluasi, tujuan, fungsi dan peranan serta prinsip-prinsip evaluasi. Langkah-langkah pengembangan evaluasi pembelajaran, praktek penulisan butir soal, pengolahan data hasil evaluasi, analisis kualitas tes meliputi (validitas dan reliabilitas) dan kualitas butir soal(tingkat kesulitan, daya beda dan keberfungsian distrakter), pemanfaatan hasil kegiatan evaluasi pembelajaran (feed back untuk perbaikan program dan proses pembelajaran, diagnostik kesulitan belajar dan penempatan posisi siswa dalam kelas0.

II. Tujuan Mata Kuliah (Kompetensi yang diharapkan)

Setelah semua program perkuliahan ini selesai, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan :
  1. pemahaman tentang hakikat evaluasi pembelajaran
  2. Perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil evaluasi pendidikan.
  3. Penyekoran hasil tes dan pengolahannya
  4. Pengembangan tes (sebagai salah satu jenis instrumen evaluasi)
  5. Analisis kualitas tes, serta analisis butir-butir soal tes.


III.  Pokok Bahasan setiap pertemuan

Petemuan
Tujuan topik (Kompetensi Dasar)
Topik dan Sub topik
1
Mahasiswa mengetahui program perkuliahan yang akan ditempuh secara keseluruhan
Orientasi program perkuliahan evaluasi pendidikan


2 - 3
Mahasiswa mengetahui hakikat dan lingkup evaluasi pendidikan
Hakikat evaluasi pembelajaran
 - Pengertian berbagai konsep terkait
- Tujuan, fungsi, prinsip-prinsip evaluasi
- Lingkup evaluasi pembelajaran
4
Mahasiswa mampu menjabarkan domein-domein kemampuan yang akan dievaluasi 
- Taksonomi kemampuan hasil  belajar
- Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar
5
Mahasiswa mampu menyusun rencana evaluasi pembelajaran
Penyusunan rencana evaluasi hasil belajar (cetak biru dan kisi-kisi)
6
Mahasissa mengetahui karakteristik alat evaluasi
Karakteristik alat evaluasi
7 - 8
Mahasiswa mampu mengembangkan soal tes uraian dan pilihan (obyektif)
-Teknik penulisan butir-butir soal tes
-Penulisan butir-butir soal tes dalam berbagai bentuk
9
Ujian tengah semester
10
Mahasiswa mampui mengembangkan alat  evaluasi aspek keterampilan
-Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi aspek keterampilan
11
Mahasiswa mampu mengembangkan alat  evaluasi aspek sikap
Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi aspek sikap
12 - 13
Mahasiswa memiliki kemampuan mengolah hasil evaluasi pembelajaran
Pengolahan hasil evaluasi pembelajaran :
-      Skoring
-      Kecenderungan pusat
-      Menentukan batas lulus
-      Transfer nilai
14
Mahasiswa mampu menggunakan hasil evaluasi pembelajaran
Penggunaan hasil evaluasi pembelajaran ;
- Penafsiran
- feed back
- tindak lanjut
15 - 16
Mahasiswa mampu menganalisis kualitas tes dan butir-butir soal
Teknik analisis tes
Teknik analisis butir soal

IV.  Strategi Perkuliahan

Perkuliahan akan diberikan dalam 16 kali pertemuan, termasuk di dalamnya ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Kegiatan tatap muka diisi dengan tes (quis), responsi, diskusi dan tugas aplikasi (praktek). Kegiatan mandiri diisi dengan penelaahan/pengkajian teori pada buku/literatur yang dianjurkan. Kegiatan mandiri ini  wajib dilakukan oleh setiap peserta di luar kegiatan tatap muka. Kegiatan terstruktur diisi dengan tugas-tugas pengayaan dan pendalaman. Kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan minimal 80 persen dari jumlah pertemuan yang diselenggarakan.

V.    Evaluasi Perkuliahan

Keberhasilan dalam mengikuti mata kuliah ini didasarkan atas penilaian terhadap hasil-hasil pekerjaan mahasiswa, yang memenuhi persyaratan kehadiran minimal 80%, dalam meyelesaikan tugas (bobot 1), ujian tengah semester (bobot 2), dan ujian akhir semester (bobot 2). Skor akhir akan diolah dengan menggunakan Acuan Patokan, dan dikonversi ke dalam nilai A B C D E.

VI.  Sumber rujukan

Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution, Penelitian Hasil Belajar,(Jakarta: Pusat Antar University, 1996).
Anne Anastasi & Susana Urbina, Psychological Testing, Seveth Ed. (Prenctice-Hall International, Inc, 1997.
Charlesh D. Hokins, Classroom Measuerement Evaluation, Third Ed. (Illionois FE Peacock Publishers, Inc, 1990).
Ditjen Dikdasmen, (1998). Pengelolaan Pengujian Bagi Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar Mengajart, (bandung: PT Sinar Baru, 1990).
Nana Sudjana dan R. Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,  (Bandung: Ptsinar Baru, 1989)
Nitko, Anthony J., (1996). Educational Assessment of Students (Second Edition). Englewood Cliffs, NJ: Merril, an imprint of Prentice Hall.
Norman E. Gronlund , Measurement and evaluation in Teaching Fith edition (New York : McMilan Publishing Compeny, 1985).
____________, Constructing Achievement Test,  Third Edition, (New Jersy : Prentice –Hal englewood, 1982)
Linda Croker & James Algina, Introduction to Classical & Modern Test Theory, (Holt, Rinehart and Winston, Inc, 1986)
Slameto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1988).
Subino, (1987). Konstruksi dan Analisis Tes. Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Ditjen Dikti.
James W. Popham, Classroom Evaluation in Teaching , Fith edition, (New York: Alya and bacon Compeny, 1995.


                EVALUASI PEMBELAJAAN PAI

                1.    Pengertian Evaluasi Pembelajaran PAI.

          Secara etimologi, ‘’evaluasi” berasal dari kata ‘’to evaluate’’ yang berarti ‘’menilai’’. Evaluasi pendidikan agama ialah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ampai dimana penguasaan murid terhadap pendidikan yang telah diberikan.
Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum; baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan.

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan agama Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan agama islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan dari pendidikan islam itu sendiri.  Atau lebih singkatnya yang dimaksud dengan evaluasi disini adalah evaluasi tentang proses belajar mengajar dimana guru berinteraksi dengan siswa.
                 
                2.    Tujuan Evaluasi Pembelajaran PAI.
Tujuan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar (termasuk belajar mengajar pendidikan agama): untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh muri, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetepkan dalam kurikulum. Disamping itu agar guru dapat menilai daya guna pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus mempertimbangkan hasilnya serta metode mengajar dan sistem pengajaran yang dipergunakan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum.
    
     3.    Fungsi Evaluasi Pembelajaran PAI.
Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi berfungsi sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap pendidik/ guru maupun anak didik/murid.
2) Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
3)Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
4) Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa. Laporan ini dapat berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah dll.

5) Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan. 
Prof. Dr. S. Nasution menyatakan, bahwa fungsi evaluasi pendidikan sebagai berikut:
a) Mengetahui kesanggupan anak, sehingga anak itu dapat dibantu memilih jurusan, sekolah atau jabatan yang sesuai dengan bakatnya.
b) Mengetahui hingga manakah anak itu mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan.
c)  Menunjukkan kekurangan dan kelemahan murid-murid sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan itu. Murid-murid memandang tes juga sebagai usaha guru untuk membantu mereka.
d) Menunjukkan kelemahan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Kekurangan murid sering bersumber pada cara-cara mengajar yang buruk. Setiap tes atau ulangan merupaan alat penilaian hasil karya murid dan guru.
                 Hasil ulangan yang buruk jangan hanya dicari pada murid, akan tetapi juga pada guru sendiri.
e) Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Ulangan atau tes memberi petunjuk kepada anak tentang apa dan bagaimana anak harus belajar. Ada hubungan antar sifat ujian dan teknik belajar.
f) Memberi dorongan kepada murid-murid untuk belajar dengan giat, anak akan bergiat belajar apabila diketahuinya bahwa tes atau ulangan akan diadakan.

Dari ungkapan tersebut dapat disimpulkanbahwa fungsi evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama untuk:
a) Penentuan kelemahan dan atau kekuatan serta kesanggupan murid dalam memiliki/menguasai materi pendidikan pengajaran agama yang telah diterima dalam proses belajar mengajar.
b) Penentuan komponen-komponen/unsur-unsur (tujuan, materi, alat dan metode dan sebagainya), yang perlu ditinjau dan direvisi/diperbaiki.
c)Penentuan kelemahan/kekuatan guru dalam melaksanakan program belajar-mengajar.
d)Membimbing pertumbuhan dan perkembangan murid baik secara perorangan maupun kelompok.

4.    Prinsip Evaluasi Pembelajaran PAI.

Prinsip evaluasi pendidikan Agama dibedakan kedalam dua bagian:
                 a.       Prinsip Dasar Evaluasi
                Adapun prinsip dasar evaluasi yang biasa diistilahkan dengan prinsip idealisme dari evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Evaluasi adalah alat komunikasi; yaitu komunikasi inter dan antar sekolah dengan orang tua dan sekolah dengan masyarakat.
2. Evaluasi untuk membantu anak-anak dalam mencapai perkembangan yang semaksimal mungkin.
3. Evaluasi terhadap anak tidak hanya dibandingakan dengan nilai anak itu sendiri pada hasil-hasil sebelumnya akan tetapi juga dibandingkan dengan kelompoknya.
4. Dalam mengadakan evaluasi seharusnya mempergunakan berbagai macam alat atau cara-cara evaluasi dengan segala variasinya.
5.  Evaluasi seharusnya memberi follow up
6. Bahwa dalam memberi nilai/evaluasi seseorang itu didasarkan pada keadaan yang bisa diserap oleh indera manusia, sedangkan keadaan bathiniyah seseorang menjadi urusan masing-masing orang dengan Allah SWT.

b.  Prinsip pelaksanaan evaluasi
       Dalam memberikan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama harus berdasarkan prinsip pelaksanaan. Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan itu adalah sebagai berikut:
                1. Komprehensip
                2. Kontinyuitas
               3. Obyektifitas

              5. Macam Evaluasi Pembelajaran PAI.
               Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama di sekolah dapat dibedakan ke dalam: 
                 a)    Evaluasi Formatif
                 Evaluasi Formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan satu pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi hasil belajar jangkan pendek. Dalam pelaksanaannya di sekolah evaluasi formatif ini merupakan ulangan harian.
                 b)   Evaluasi Sumative
          Evaluasi Sumative yaiyu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan bebrapa pokok bahsan. Dengan demikian evaluasi sumative adlah evaluasi hasil belajar jangka panjang. Dalam pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi formative dapat disamakan dengan ulangan harian, maka evaluasi sumative dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
               c)    Evaluasi Placement
       Jika cukup banyak calon siswa yang diterima di suatu sekolah sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian diperlukan pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedanmg dan kurang, maka deperlukan adanya informasi. Informasi yang demikian dapat diperoleh dengan cara evaluasi placement. Tes ini dilaksanakan pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
                d)   Evaluasi Diagnostic
               Evaluasi Diagnostic ialah suatu evaluasi yang berfungsi untuk mengenal latar belakang kehidupan (psikologi, phisik dan milliau) murid yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakann sebagai dasar dalam memcahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

               6.  Alat-alat Penilaian.
Pada pelaksanaan evaluasi hasil belajar pengajaran agama, anda akan diperkenalkan dengan tiga bentuk evaluasi, yaitu:
                  a.   Tes tertulis
        Ialah tes, ujian atau ulangan, yang dialami oleh sejumlah siswa  secara serempak dan harus menjawab sejumlah pertanyaan atau soal secara tertulis dalam waktu yang sudah ditentukan.
                 Terdapat dua jenis tes tertulis, yaitu tes esai dan Obyektive tes.
                 b. Tes Lisan
                Ialah bila sejumlah siswa sorang demi seorang diuji secara lisan oleh seorang penguji atau lebih.
               c.  Observasi
        Ialah metode/cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secar sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat/ mengamati siswa atau sekelompok siswa secara langsung. Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau aspek Psikomotor.


              Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

            a.   Pengukuran
       Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada akekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif
         Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.

Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa. Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
      Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.
             b.    Penilaian
         Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan-nya.

Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.

Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
            Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
          Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.

c. Evaluasi
            Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.


          Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar