Minggu, 03 Desember 2017

PENILAIAN SIKAP

A.    Konsep Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti semua perbuatan identic dengan sikap.
       Sikap menurut para ilmuan
a.Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana pribadi seseorang di ekspresikan. Menurutnya sifat kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang, kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya.
b.Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati dan meniru, menerima penguatan dan menerima informasi verbal. Ketiga model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran model pertama berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977) menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui model (learning through modeling). Model kedua menerima penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima suatu respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) atau hukuman (penguatan negative). Model ketiga, menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di peroleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap terhadap objek yang bersangkutan.
c.Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu objek social. dst!
Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi karateristik sikap seseorang oleh Rahmat (1998)
1.Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai dan menghindari apa yang tidak diinginkan.
3.Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada diri seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative lama karena hal itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
     Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat meramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta didik seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat terhadap guru mata pelajaran yang bersangkutan.

          b. Pengertian penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering melakukan penilaian. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 
Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal.
David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah penilaian yang berkaitan
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan sebagai berikut:
1.Observasi perilaku
          Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecendurungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan balik dalam pembinaan.

2. Pertanyaan langsung.
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru di sekolah tentang “peningkatan Ketertiban”
3. Laporan pribadi
          Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa diminta membuat usulan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
4. Skala sikap
          Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar untuk mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan dua model saja, yaitu skala diferensiasi semantik (scematic differential techniques) dan skala Likert (Likert scales). Skala diferensiasi semantik memiliki dua kelebihan dibandingkan dengan berbagai teknik yang lain. Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kedua, teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian sikap siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua skala tersebut disajikan pada bab-bab berikutnya.

         B.Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas
a. Komponen-komponen Sikap
Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
1.Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek.
2.Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
3.Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
b. Tujuan Penilaian Sikap
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
1. Pentingnya penilaian sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan. Tiga domain tujuan itu adalah: peningkataan kemampuan kognitif; peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaiannya adalah dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor agak terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki. Domain kognitif, afektif dan konatif atau psikomotor perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian, penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil penilaiannya perlu ditindak lanjuti.
2. Sikap dan objek yang perlu dinilai
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat, secara umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran, siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
b.Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki sikap yang tidak positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negative terhadap guru pelajaran akan sukar menyerap materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan materi pelajaran.
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.
e.  Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui suatu pokok bahasan. Misalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam mata peajaran ilmu pengetahuan sosial. Berhubungan dengan pokok bahasan ini, ada nilai-nilai luhur tertentu yang relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa. Misalnya: kerjasama, kekeluargaan, hemat dan sebagainya. Dengan demikian, untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai tersebut dalam diri siswa perlu dilakukan penilaian.
f.Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 1994 yang masih berlaku.
3. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain:
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
d. Skala sikap
Cara-cara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang bisa minum kopi, dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan
b. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat mengatakan secara langsung tentang sikap siswa berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan disekolah tentang “peningkatan ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam memberi jawaban dapat dipahami sikapnya terhadap objek sikap tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina siswa.
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan menilai sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu lebih banyak untuk membaca dan memahami sikap seluruh siswa.

             c.  Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis komputer. Penilaian berbasis kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan peserta didik sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Sujana, 2000,29). Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.
Menurut pusat kurikulum, istilah Penilaian Berbasis Kelas (PBK) digunakan untuk menggambarkan suatu penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autetik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan.
Dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK), penilain diarahkan terhadap hasil belajar peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual peserta didik, yang bila mengacu pada taxonomi Bloom, bisa diklasifikasikan menjadi enam tingkatan, yaitu knowledge, atau recall (kemampuan penerapan), analysis (kemampuan menganalisis), synthesis (kemampuan menghubungkan), dan evaluation (kemampuan mengevaluasi). Aspek afektif berkaitan dengan sikap peserta didik, misalnya sikap terhadap belajar, rasa percaya diri, tanggung jawab dan sejenisnya. Sedangkan aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik peserta didik, baik motorik halus, seperti kemampuan berbicara, menulis, menggambar, menggunting, maupun motorik kasar, seperti kemampuan olahraga, kemampuan menggunakan alat, kemampuan memainkan alat musik, dan sejenisnya (Usman,2005: 45).
Dalam menilai performansi hasil belajar peserta didik, ada beberapa tipe penilaian yang bisa digunakan. Priestely (1982) dalam Wiyono (2004) membedakan menjadi enam, yaitu penilaian performansi aktual (actual performance assesment), penilaian simulasi (simulation assesment), penilaian melalui pengamatan (abservational assesment), penilaian oral (oral assesment), penilaian program (program requirement), dan penilaian melalui tes (paper and pencil assesment) (Rusman,2006: 37).


Kesimpulan
ØSikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek tertentu
ØAda beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori pembelajaran, teori fungsional, teori pertimbangan sosial, teori konsistensi.
ØMacam – macam skala dalam penilaian sikap: skala likert, skala thurstone, guttman, semantic, differential.
Ø Beberapa komponen sikap yaitu: afektif,kognitif,konatif.

Ø Tujuan penilaian sikap yaitu: Untuk  mendapat  umpan  balik  (feedback) baik  bagi  guru  maupun  siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.

1 komentar: