Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously
scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1
atau 0. Disebut tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang
mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya
sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih
jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang
belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut
proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal,
pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri atas beberapa
bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau
jawaban singkat.
Setelah
mempelajari materi kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat :
1.
Menjelaskan fungsi soal bentuk benar-salah
2.
Menjelaskan aspek-aspek yang diukur dalam bentuk benar-salah
3.
Menyebutkan pengertian bentuk soal variasi berganda
4.
Menjelaskan fungsi soal bentuk menjodohkan
5.
Menyebutkan kebaikan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi
6.
Menyebutkan kelemahan tes objektif
7. Menjelaskan pengertian tes lisan
8. Menjelaskan tujuan tes tindakan
9. Menyebutkan kelebihan tes tindakan
10.Menjelaskan objek tes tindakan
A.
Pengembangan Tes Objektif
1. Benar-Salah (true-false, or yes-no)
Bentuk tes benar-salah (B – S) adalah pernyataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik
diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk
mengerjakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.
Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya
homogen dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Jika akan digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi,
paling juga untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang homogen. Dalam
penyusunan soal bentuk benar-salah tidak hanya menggunakan kalimat pertanyaan
atau pernyataan tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Contoh :
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang mengandung
dua kemungkinan jawaban, benar atau salah. Anda diminta untuk menentukan
pilihan dari setiap pernyataan tersebut, benar atau salah. Jika benar tulislah
tanda tambah (+), sebaliknya jika salah tulislah tanda (O) di depan nomor
masing-masing pernyataan itu. Nomor 1 dan 2 adalah contoh bagaimana cara
mengerjakan soal-soal selanjutnya.
+ (1) Surat Al-Fatihah termasuk surat Makiyyah
(2) Surat
Al-Fatihah disebut juga Ummul Kitab atau Ummul Quran
o (3) Nun mati bertemu dengan hurut alif hukumnya
ikhfa.
(4) Nun mati
bertemu dengan huruf ta hukumnya izhar.
Di samping bentuk di atas, ada juga bentuk benar-salah
yang lain, dimana bentuk jawabannya sudah disediakan. Peserta didik tinggal
memilih dengan memberi tanda silang (X). Contoh :
1. B - S : Waqaf berarti menghentikan bacaan
karena ada tanda waqaf.
2. B - S : Yaumul
hasyri artinya hari kebangkitan.
3. B - S : Yaumul
hisab artinya hari perhitungan.
4. B - S : Terbitnya
matahari sebelah barat merupakan ciri besar hari kiamat.
Bentuk benar-salah yang lain adalah jawabannya telah
disediakan, tetapi jawaban yang disediakan itu bukan B – S, melainkan Ya –
Tidak.
Contoh :
1. Ya – Tidak : Dajjal adalah seorang
laki-laki dari kaum Yahudi.
2. Ya – Tidak : Dabbatul ardhi berarti
keluarnya binatang bumi.
3. Ya – Tidak : Kematian manusia termasuk
kiamat kubra.
4. Ya – Tidak :
Rahasia hari kiamat dijelaskan dalam al-Qur’an surat al- Ikhlas.
Bentuk soal benar-salah dapat juga digunakan
untuk mengukur kemampuan tentang sebab-akibat. S.Surapranata (2004 : 96)
menjelaskan “soal semacam ini biasanya mengandung dua hal benar dalam satu
pernyataan ataupun pertanyaan dan peserta didik diminta untuk memutuskan
benar-salahnya hubungan antara dua hal tersebut”.
Contoh :
1. B – S : Sholat
rawatib dilaksanakan dua rakaat SEBAB sholat rawatib merupakan sholat sunat.
2. B – S : Nabi
sangat mencela orang yang lalai membayar hutang SEBAB hutang harus segera
dilunasi.
3. B – S : Pada
malam Idul Fitri umat Islam mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid
SEBAB malam Idul Fitri adalah malam menjelang 1 Syawal.
4. B – S : Puasa
wajib dimulai tanggal 1 Ramadhan SEBAB puasa diakhiri tanggal 1 Syawal.
5. B – S : Nikmat
yang diberikan Allah wajib disyukuri SEBAB nikmat Allah tak sama untuk setiap
orang.
Catatan :
Di dalam petunjuk pengerjaan soal hendaknya
ditekankan agar peserta didik bekerja dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu,
petunjuk perlu ditambahkan dengan kata-kata, “Bekerjalah dengan cepat dan tepat
agar dalam waktu 50 menit Anda dapat menyelesaikannya”. Di samping itu, perlu
ditekankan pula agar peserta didik jangan main terka atau main tebak. Dalam
bentuk ini ada baiknya kita menyediakan lembar jawaban tersendiri, terpisah
dari lembar soal. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengoreksian lembar
jawaban.
Kebaikan tes bentuk B – S antara lain (1) mudah disusun dan
dilaksanakan, karena itu banyak digunakan (2) dapat mencakup materi yang lebih
luas. Namun demikian, tidak semua materi dapat diukur dengan bentuk benar-salah
(3) dapat dinilai dengan cepat dan objektif (4) banyak digunakan untuk mengukur
fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Sedangkan kelemahan tes bentuk B –
S antara lain (1) ada kecenderungan peserta didik menjawab coba-coba (2) pada
umumnya memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang rendah, kecuali jika
itemnya banyak sekali (3) sering terjadi kekaburan, karena itu sukar untuk
menyusun item yang benar-benar jelas (4) dan terbatas mengukur aspek
pengetahuan saja.
Beberapa petunjuk
praktis dalam menyusun soal bentuk B – S :
a.
Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item cukup banyak,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika jumlah item kurang dari
50, kiranya kurang dapat dipertanggungjawabkan.
b.
Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
c.
Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat yang
sederhana.
d.
Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.
e.
Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban yang
dikehendaki. Misalnya, biasanya, umumnya, selalu.
Usaha
Memperbaiki Soal Bentuk B – S :
Kelemahan yang paling
menyolok dari bentuk tes benar–salah ini adalah sangat mudahnya ditebak tanpa
dapat diketahui oleh korektor. Untuk menghilangkan kelemahan ini, maka orang
menambahkan pada item benar-salah ini dengan “koreksi”. Di sini peserta didik
tidak hanya dituntut memilih benar atau salah dari setiap item, tetapi harus
dapat memberikan koreksi jika item tersebut dinyatakan salah oleh peserta didik
yang bersangkutan. Contoh :
1. B – S : Yaumul ba’tsi artinya perdamaian. ________
2. B – S : Jika manusia mati maka ruhnya berada di alam barzakh.
________
Jika pernyataannya benar, maka tidak perlu dikoreksi
lagi, artinya peserta didik langsung menyilang huruf B (benar). Sebaliknya,
jika pernyataannya salah, peserta didik harus membenarkan bagian kalimat yang
dicetak miring atau digarisbawahi dan menempatkannya pada titik-titik atau
garis kosong yang terletak di belakang item yang bersangkutan. Adapun bagian
kalimat yang dicetak miring itu harus merupakan inti persoalannya. Jadi, tidak
boleh sembarangan kata saja.
2. Pilihan-Ganda (multiple-choice)
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk
pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa
pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula
dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang sering
disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk perkataan,
bilangan atau kalimat dan sering disebut option. Pilihan jawaban terdiri
atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut kunci
jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor atau
decoy atau fails) namun memungkinkan seseorang memilihnya apabila
tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya
tidak ada aturan baku. Anda bisa membuat 3, 4 atau 5 alternatif jawaban.
Semakin banyak semakin bagus. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor
menebak (chance of guessing), sehingga dapat meningkatkan validitas dan
reliabilitas soal. Semakin banyak alternatif jawaban, semakin kecil kemungkinan
peserta didik menerka. Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal
pilihan-ganda, antara lain : mengenal istilah, fakta, prinsip, metode, dan
prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip; menafsirkan hubungan
sebab-akibat; dan menilai metode dan prosedur.
Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan-ganda,
yaitu :
a. Distracters, yaitu
setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang
salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas peserta didik
adalah memilih satu jawaban yang benar itu.
Contoh :
Salah satu tanda besar menjelang hari kiamat
adalah :
a. Semua urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya
b. Munculnya Dajjal.
c. Banyak terjadi pembunuhan dimana-mana
d. Beratnya orang Islam untuk menjalankan syariat agamanya
e. Minuman keras sudah dianggap biasa
b. Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat
digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan
antara pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
Contoh :
Pada soal di bawah ini
terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan (statement) dan alasan (reason).
Pilihan Jawaban :
A.
Jika pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari
pernyataan.
B.
Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupakan sebab dari
pernyataan.
C.
Jika pernyataan benar, tetapi alasan salah.
D.
Jika pernyataan salah, tetapi alasan benar.
E.
Jika pernyataan salah, dan alasan salah.
Soal :
Presiden Republik
Indonesia tinggal di Jakarta SEBAB Jakarta merupakan ibu kota Republik
Indonesia.
Penjelasan :
1.
“Presiden Republik Indonesia tinggal di Jakarta” merupakan pernyataan yang
benar.
2.
“Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia” merupakan alasan yang benar dan
merupakan sebab dari pernyataan.
Jawaban : Jadi, jawaban
yang betul adalah A.
c.
Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa
pilihan jawaban yang benar tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang
salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
Contoh :
Teladan yang bisa
diambil dari kisah Nabi Musa a.s adalah, kecuali :
a.
Menolong tanpa pamrih
b.
Konsekwen terhadap janji
c.
Berani menegakkan kebenaran
d.
Sikap ragu-ragu.
d.
Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya
benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah
memilih jawaban yang paling benar.
Contoh :
Peserta didik hendaknya
menghormati ...
a.
Sesama teman
b. Guru-gurunya
c.
Orang tuanya
d.
Teman, guru, dan orang tuanya.
e.
Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki
beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah
mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.
Contoh :
Surat Al-Fatiha disebut
juga sab’ul matsani. Artinya ...
a.
5 ayat yang dibaca . . . . .
b.
6 ayat yang dibaca . . . . .
c.
7 ayat yang dibaca . . . . .
d.
8 ayat yang dibaca . . . . .
Kebaikan soal bentuk
pilihan-ganda antara lain (1) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah,
cepat, dan objektif (2) kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat
dikurangi (3) dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam
berbagai jenjang kemampuan kognitif (4) dapat digunakan berulang-ulang (5)
sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak. Adapun kelemahan tes bentuk
pilihan-ganda antara lain (1) tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
verbal dan pemecahan masalah (2) penyusunan soal yang benar-benar baik
membutuhkan waktu lama (3) sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar
homogin, logis, dan berfungsi.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk
pilihan-ganda :
a.
Harus mengacu kepada kompetensi dasar dan indikator soal.
b.
Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.
c.
Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
d.
Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan berarti.
e.
Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak
terputus.
f.
Alternatif jawaban harus berfungsi, homogin dan logis.
g.
Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.
h. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah
diasosiasikan.
i. Alternatif jawaban
yang betul hendaknya jangan sistematis.
j. Harus diyakini benar
bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
3. Menjodohkan (matching)
Soal tes bentuk
menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda. Perbedaannya
dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri atas stem dan option,
kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap
paling tepat. Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan
kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu
kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dari
jumlah persoalan.
Bentuk soal menjodohkan
sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan menghubungkan
antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis dengan respon dibuat,
maka semakin baik soal yang disajikan. Contoh 1 :
Petunjuk : Di bawah ini
terdapat dua daftar, yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat
pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Anda harus
mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang anda pilih itu di depan
pasangannya masing-masing.
Daftar A Daftar B
. . . . . . . . . .
sunat 1. Halal
. . . . . . . . . .
al-Ikhlas 2. Sorga
. . . . . . . . . .
Haram 3. Idzhar
. . . . . . . . . .
Neraka 4. Wajib
. . . . . . . . . .
Makhroj 5. Ikhfa
6.
Surat
7.
Tajwid
Contoh 2 :
Petunjuk : Berikut ini terdapat dua buah daftar nama.
Sebelah kiri adalah pengertian, sedangkan sebelah kanan adalah istilah.
Pilihlah pengertian tersebut sesuai dengan nama konsepnya dengan menuliskan
angka 1, 2, 3, dan seterusnya pada tempat yang telah disediakan.
Pengertian : Istilah
:
............: Ilmu membaca Al-Quran 1. Hadits
............: Tempat keluarnya huruf 2. Qana’ah
............: Perkataan Rasulullah 3. Tajwid
............: Perbuatan Rasulullah 4. Tasamuh
............: Sikap rela menerima 5. Makhraj
6. Sunah
7. Qalqalah
Contoh 3 :
Petunjuk : Jodohkanlah pernyataan pada bagian A dengan
jawaban yang tepat pada bagian B. Isikanlah jawaban Anda pada titik-titik yang
telah disediakan.
Bagian A Bagian
B :
1. Sedekah yang hukumnya
wajib ......... a.
Hadiah
2. Pemberian karena
memuliakan ......... b.
Amal saleh
3. Syarat bersedekah
......... c. Ikhlas
4. Pemberian yang
pahalanya tidak putus ......... d.
Amal jariah
5. Pemberian kepada
fakir miskin ......... e.
Zakat
f.
Shadaqah
Kebaikan soal bentuk
menjodohkan antara lain (1) relatif mudah disusun (2) penyekorannya mudah,
objektif dan cepat (3) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya,
sebab dan akibatnya, istilah dan definisinya (4) materi tes cukup luas. Adapun
kelemahan soal bentuk menjodohkan yaitu (1) ada kecenderungan untuk menekankan
ingatan saja (2) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat tafsiran.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk
menjodohkan :
a.
Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.
b.
Harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
c.
Hendaknya kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri sedangkan jawabannya di
sebelah kanan.
d. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak
daripada jumlah soal.
e.
Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu.
Misalnya, sebelum pada pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa
juga langsung pada pokok persoalan.
f.
Hendaknya seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
g.
Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.
4.
Jawaban Singkat (short answer) dan Melengkapi (completion)
Kedua bentuk tes ini
masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang
hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa
suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase,
nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.
Contoh :
1. Siapakah malaikat
yang menanyai di alam kubur ?
2. Apa nama agamamu ?
3. Siapa nama Tuhan-mu ?
4. Apa nama kitab sucimu ?
5. Apa nama kiblatmu ?
Sedangkan soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan
dalam kalimat yang tidak lengkap.
Contoh :
1. Alam barzakh disebut juga alam .................
2. Nabi Musa a.s lahir pada zaman raja .......... di
negeri .............
3. Hadis adalah ..... Rasulullah, sedangkan sunnah adalah
..... Rasulullah.
4. Neraka jahannam diperuntukkan bagi orang-orang
.............
5. Hukum akikah adalah sunah ....................
Kebaikan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi antara
lain (1) relatif mudah disusun (2) sangat baik untuk menilai kemampuan peserta
didik yang berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi (3)
menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas
(4) pemeriksaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan objektif. Adapun
kelemahannya adalah (1) pada umumnya hanya berkenaan dengan
kemampuan mengingat saja, sedangkan kemampuan yang lain agak terabaikan (2)
pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong yang harus diisi terlalu
banyak, para peserta didik sering terkecoh (3) dalam memeriksa lembar jawaban
dibutuhkan waktu yang cukup banyak.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk
jawaban singkat dan melengkapi :
a.
Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada kemungkinan peserta
didik menjawab secara terurai.
b.
Untuk soal tes bentuk melengkapi hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung
dari buku (textbook).
c.
Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir atau
dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.
d.
Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak. Pilihlah untuk masalah
yang urgen saja.
e.
Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif jawaban.
f.
Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.
Cara mengoreksi soal bentuk tes objektif :
Sesudah soal disusun, kemudian diadakan tes, maka
selanjutnya guru mengoreksi jawaban peserta didik dari tiap item yang
diberikan. Untuk mengoreksi jawaban tersebut, guru harus menggunakan kunci
jawaban (scoring key) sebagai acuan atau patokan yang pokok. Jika kunci
jawaban ini sudah disediakan, maka siapapun dapat mengoreksi jawaban tersebut
secara cepat dan tepat. Beberapa contoh bentuk kunci jawaban adalah sebagai
berikut :
Kunci Jawaban Kunci
Jawaban
-1-
|
1.
Kubur
2.
Perkataan-
Perbuatan
3.
Fir’aun-Mesir
4.
Kafir
5.
Muakkad
|
1. S
2. B
3. B
4. S
5. S
6. B
7. S
8. B
|
Kunci Jawaban Kunci
Jawaban
Untuk Bentuk
Pilihan-Ganda Untuk Bentuk
Menjodohkan
1. (c)
2. (b)
3. (d)
4. (a)
5. (b)
6. (c)
|
-3-
|
-2-
|
1.
B
C
A
F
2.
D
E
C
A
3.
E
D
A
C
|
Ada pula cara lain untuk mengoreksi jawaban peserta
didik, yaitu kunci jawaban diambil dari lembar jawaban, kemudian dilubangi
sesuai dengan jawaban yang benar dan bila diletakkan di atas lembar jawaban,
tepat berada di atas alternatif jawaban yang benar tersebut.
Contoh
:
Untuk Bentuk B – S
1.
B – O
2.
B – O
3.
O – S
4.
B – O
5.
O – S
|
6.
O – S
7.
O – S
8.
B – O
9.
O – S
10.
B – O
|
Untuk Bentuk Pilihan Ganda
1.
a – o – c – d
2.
o – b – c – d
3.
a – b – o – d
4.
a – o – c – d
5.
a – b – o – d
|
6. a – b – o – d
7. a – o – c – d
8. o – b – c – d
9. o – b – c – d
10. a – b – c – o
|
Keterangan
: O adalah yang dilubangi sebagai kunci jawaban
Contoh bila menggunakan transparansi :
Untuk
Bentuk B – S
1. X
2. X
3. X
4. X
5. X
|
6. X
7. X
8. X
9. X
10. X
|
Keterangan:
X adalah tanda silang yang ditulis di atas alternatif jawaban yang benar.
Kebaikan tes objektif antara lain (1) seluruh ruang
lingkup (scope) yang diajarkan dapat dinyatakan pada item-item tes
objektif (2) kemungkinan jawaban spekulatif dalam ujian dapat dihindarkan (3)
jawaban bersifat mutlak, karena itu penilaian dapat dilakukan secara objektif
(4) pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja, sekalipun tidak mengetahui
dan menguasai materinya (5) pemberian skor dapat dilakukan dengan mudah dan
cepat (6) korektor tidak akan terpengaruh oleh baik-buruknya tulisan (7) tidak
mungkin terjadi dua orang peserta didik yang jawabannya sama, tetapi mendapat
skor yang berbeda. Sedangkan kelemahannya adalah (1) mengkontruksi soalnya
sangat sulit (2) membutuhkan waktu yang lama (3) ada kemungkinan peserta didik
mencontoh jawaban orang lain dan berpikir pasif (4) umumnya hanya mampu
mengukur proses-proses mental yang dangkal.
B.
Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes
lisan dapat berbentuk seperti berikut :
1. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
2. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
3. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
4. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
Kebaikan tes lisan antara lain (1) dapat mengetahui
langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan
(2) tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat
pokok-pokok permasalahannya saja (3) kemungkinan peserta didik akan
menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari. Sedangkan kelemahannya
adalah (1) memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah
peserta-didiknya banyak (2) sering muncul unsur subjektifitas bilamana dalam
suasana ujian lisan itu hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.
Beberapa
petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan adalah :
1. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektifitas, misalnya
dilihat dari kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga.
2. Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh
peserta didik. Biasanya kita memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara
ini termasuk cara yang kurang baik, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh
jawaban-jawaban yang terakhir.
3. Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang
lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar
jangan sampai pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan tak
sesuai dengan jawaban peserta didik.
4. Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut.
Kadang-kadang ada juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti
membentak-bentak peserta didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan
ini harus dihindari, karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik
menjadi terhambat, sehingga apa yang dikemukakan oleh mereka tidak mencerminkan
kemampuan yang sesungguhnya.
5. Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi
atau suasana ngobrol santai atau juga menjadi suasana pembelajaran.
Demikianlah
beberapa kelebihan dan kelemahan tes lisan berikut petunjuk praktisnya.
Petunjuk ini dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi guru dalam
menyelenggarakan tes lisan. Petunjuk-petunjuk praktis untuk suatu ujian biasanya
telah dimuat sebagai pedoman seperti yang telah disebutkan tadi. Jadi, Anda
harus mempelajari petunjuk praktis itu sebaik-baiknya sebelum kegiatan tes
dimulai.
C. Pengembangan Tes Tindakan (performance test)
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban
peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh
Stigins (1994 : 375) mengemukakan “tes tindakan adalah suatu bentuk tes dimana
peserta didik diminta untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji
yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil
belajar yang didemontrasikan”. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang
diperintahkan dan ditanyakan. Misalnya, coba praktikkan bagaimana cara
melaksanakan sholat dengan baik dan benar.
Untuk melihat bagaimana cara melaksanakan sholat dengan
baik dan benar, guru harus menyuruh peserta didik mempraktikkan atau
mendemonstrasikan gerakan-gerakan sholat yang sesungguhnya sesuai dengan tata
tertib sholat yang baik dan benar. Begitu juga untuk mengetahui apakah seorang
peserta didik sudah dapat membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid
dan makhrojul huruf, maka cara yang paling tepat adalah melakukan
tes tindakan dengan menyuruh peserta didik mempraktikkan langsung membaca
al-Qur’an. Dalam pelaksanaannya, tes tindakan dapat dilakukan dalam situasi
yang sebenarnya atau situasi yang dimanipulasi. Alat yang dapat digunakan dalam
tes tindakan adalah lembar pengamatan dan portofolio.
Tes-tes semacam inilah yang dimaksudkan dengan tes
perbuatan atau tindakan. Tes tindakan sebagai suatu teknik evaluasi tidak hanya
digunakan dalam mata pelajaran pendidikan agama saja, tetapi dapat juga
digunakan dalam menilai hasil-hasil pelajaran tertentu, seperti olahraga,
teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, kesenian, dan sebagainya.
Sebaliknya, tidak semua hasil pelajaran pendidikan agama Islam atau mata
pelajaran agama lainnya dapat dievaluasi dengan menggunakan tes perbuatan ini.
Tes tindakan dapat dilakukan secara kelompok dan individual. Secara kelompok
berarti seorang guru menghadapi sekelompok peserta didik, sedangkan secara
individual berarti seorang guru menghadapi seorang peserta didik. Tes tindakan
dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai
dikerjaan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan
menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu
pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu piranti (komputer misalnya). Tes tindakan
dapat difokuskan kepada proses , produk atau keduanya.
Tes tindakan sangat bermanfaat untuk memperbaiki
kemampuan/perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar
pertimbangan untuk praktik selanjutnya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes
tindakanpun mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah
(1) satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar
dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan melaksanakan sholat yang baik
dan benar, keterampilan membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan makhrojul
huruf, keterampilan menulis huruf Arab, dan sebagainya (2) sangat baik
digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori dengan
keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap (3) dalam
pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek (4) guru dapat
mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing-masing peserta didik sebagai
dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah (1)
memakan waktu yang lama (2) dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar (3)
cepat membosankan (4) jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka
ia tidak mempunyai arti apa-apa lagi (5) memerlukan syarat-syarat pendukung
yang lengkap, baik waktu, tenaga maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut
tidak terpenuhi, maka hasil penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan
baik.
Contoh :
FORMAT PENILAIAN TINDAKAN
CARA PESERTA DIDIK MEMBACA AL-QUR’AN
Nama
Madrasah :
....................................................................
Mata
Pelajaran :
....................................................................
Nama Peserta
Didik :
....................................................................
Kelas :
....................................................................
Semester :
....................................................................
Hari dan
Tanggal :
....................................................................
Tujuan :
....................................................................
Petunjuk :
Berilah
penilaian dengan menggunakan tanda cek ( V ) pada setiap aspek yang tertera di
bawah ini sesuai dengan tingkat penguasaan peserta didik.
Keterangan
nilai :
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
No
|
Aspek-aspek yang diamati
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
||
01
|
Cara membaca huruf ikhfa
|
|
|
|
|
|
||
02
|
Cara membaca huruf izh-har
|
|
|
|
|
|
||
03
|
Cara membaca idgham
|
|
|
|
|
|
||
04
|
Cara membaca iqlab
|
|
|
|
|
|
||
05
|
Cara membaca qalqalah
|
|
|
|
|
|
||
06
|
Penggunaan tanda-tanda waqaf
|
|
|
|
|
|
||
07
|
Adab membaca al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
||
08
|
Penggunaan lagam
|
|
|
|
|
|
||
Guru,
.............................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar