Jumat, 26 Februari 2016

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI JENIS NON TES ( OBSERVASI, WAWANCARA DAN SKALA SIKAP )

 Para ahli berpendapat bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil belajar atau pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain. Dengan kata lain, banyak proses dan hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik nontes. Untuk itu, jika Anda di madrasah hanya menggunakan teknik tes, tentu hal ini dapat merugikan peserta didik dan orang tua. Teknik nontes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.
Dalam uraian berikut ini, akan dikemukakan tiga jenis alat evaluasi nontes, yaitu observasi, wawancara, dan skala sikap. Anda mungkin sering melihat apa yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar di madrasah, baik di kelas maupun di luar kelas, tetapi apakah itu observasi ? Begitu juga dengan wawancara. Mungkin ada juga sering ngobrol dengan peserta didik, apakah juga itu disebut wawancara ? Untuk memahami semua itu, silahkan Anda mengikuti uraian berikut ini.
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian observasi
2. Menjelaskan tujuan observasi
3. Menyebutkan karakteristik observasi
4. Menyebutkan jenis observasi menurut kerangka kerja
5. Menyebutkan alat-alat pencatat mekanis yang digunakan dalam observasi sistematik.
6. Menjelaskan tujuan wawancara.
7. Menjelaskan kelebihan wawancara.
8. Menyebutkan tiga komponen sikap.
9. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan skala sikap model Likert.
10.Menyebutkan model-model skala sikap.

A. Observasi (observation)
Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, dimana kita semua sering melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, Anda sering melihat, mengamati dan melakukan interpretasi. Dalam kehidupan sehari-haripun kita sering mengamati orang lain. Pentingnya observasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran mengharuskan guru untuk memahami lebih jauh tentang judgement, bertindak secara reflektif, dan menggunakan komentar orang lain sebagai informasi untuk membuat judgement yang lebih reliabel.
Hal yang harus dipahami oleh Anda adalah bahwa tidak semua apa yang dilihat disebut observasi. Observasi yang Anda lakukan di kelas tidak cukup dengan hanya duduk dan melihat melainkan harus dilakukan secara sistematis, sesuai dengan aspek-aspek tertentu, dan berdasarkan tujuan yang jelas. Untuk memperoleh hasil observasi yang baik, maka kemampuan Anda dalam melakukan pengamatan harus sering dilatih, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai dengan hal-hal yang kompleks.
Observasi merupakan salah satu alat evaluasi jenis nontes yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang penelitian, terutama penelitian kualitatif (qualitative research). Tujuan utama observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dengan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skills). Dalam evaluasi, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Jika Anda ingin menggunakan observasi sebagai alat evaluasi, maka Anda harus memahami tentang :
1. Konsep dasar observasi, mulai dari pengertian, tujuan, fungsi, peranan, karakteristik, prinsip-prinsip sampai dengan prosedur observasi.
2. Perencanaan observasi, seperti menentukan kegiatan apa yang akan diobservasi, siapa yang akan melakukan observasi, rencana sampling, menyusun pedoman observasi, melatih pihak-pihak yang akan melakukan observasi dalam menggunakan pedoman observasi.
3. Prosedur observasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan dan penafsiran sampai dengan pelaporan hasil observasi.
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain (1) mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus ada pedoman observasi. (2) bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif dan rasional (3) terdapat berbagai aspek-aspek yang akan diobservasi dan (4) praktis penggunaannya. Selanjutnya Good dkk. mengemukakan enam ciri observasi, yaitu :
1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat sekeliling untuk mencarai kesan-kesan umum.
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis, bukan secara sesuka hati dan untung-untungan mendekati situasi.
3. Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah laku tertentu.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan dilakukan secepat-cepatnya, bukan menyandarkan diri pada ingatan.
5. Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah terlatih untuk melakukannya.
6. Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan kesahihan.
Ciri-ciri observasi yag dikemukakan oleh Good dkk. mempunyai kelemahan, antara lain (1) dalam penyelidikan yang bersifat eksploitatif, justru yang bersifat kuantitatif kebanyakan dikesampingkan (2) dalam observasi partisipan tidak dapat dilakukan pencatatan dengan segera. Oleh sebab itu, observasi harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana.



Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Sedangkan bila dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu :
1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Selanjutnya, Sutrisno Hadi mengemukakan ada tiga jenis observasi yang masing-masing hanya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu “observasi partisipan – observasi nonpartisipan, observasi sistematik – observasi nonsistematik,  dan observasi eksperimental – observasi noneksperimental”.
Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana observer turut ambil bagian dalam peri kehidupan orang atau objek-objek yang diobservasi. Sedangkan observasi dengan pura-pura disebut quasi participant observation. Jika unsur-unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat didalamnya, maka disebut nonparticipant observation. Observasi sistematik (systematic observation) disebut juga observasi berstruktur (structured observation). Ciri pokok observasi ini adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dahulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu. Sedangkan observasi yang tidak menggunaan kerangka disebut observasi non-sistematik. Kadang-kadang observasi sistematik menggunakan beberapa macam alat pencatat mekanis (mechanical recording devices) seperti film, kamera, tape recorder. Keuntungannya adalah kita dapat memutarnya kembali setiap waktu bila diperlukan, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Kelemahannya antara lain membutuhkan biaya yang besar dan tenaga yang profesional.
Dalam peristiwa-peristiwa tertentu Anda mungkin tidak terlibat dalam dinamika dan kompleksitas situasi yang diselidikinya, tetapi Anda merasa perlu mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi tertentu, sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan observasi dan dapat dikendalikan untuk menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor yang tak diharapkan. Observasi yang dilakukan dalam situasi seperti itu disebut observasi eksperimental atau observasi dalam situasi tes. Observasi eksperimental biasanya tidak memerlukan observer yang banyak. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku observi (yang diobservasi) telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga observasi ini dipandang orang sebagai suatu alat penilaian yang relatif murni untuk mengamati pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku peserta didik.




Kebaikan observasi eksperimental antara lain :
1. Tersedianya kesempatan bagi guru untuk mengamati sifat-sifat tertentu dari peserta didik yang jarang sekali timbul dalam keadaan normal. Misalnya, keberanian, reaksi-reaksi terhadap frustasi, dan ketidakjujuran.
2. Observasi ini merupakan observasi yang dibakukan secermat-cermatnya.
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di dalam evaluasi. Untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang terjadi di dalam kelas, Anda dapat menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan nama-nama peserta didik yang disusun dalam sebuah daftar. Selembar kertas ini selanjutnya disebut pedoman observasi. Melalui pedoman observasi ini, Anda dapat mengetahui apa yang terjadi di kelas dan apa yang dilakukan oleh setiap peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pedoman atau lembar observasi ini harus terus diisi oleh guru dengan catatan baru, sehingga perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu dapat diketahui.
Sebagaimana alat evaluasi yang lain, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kebaikan observasi antara lain (1) observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena (2) observasi cocok untuk mengamati peserta didik yang sedang melakukan suatu kegiatan (3) banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi (4) tidak terikat dengan laporan pribadi. Adapun kelemahannya adalah (1) sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun dari observi itu sendiri (2) biasanya masalah pribadi sulit diamati (3) jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
Untuk menyusun pedoman observasi, Anda sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan observasi.
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
3. Menyusun pedoman observasi.
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik maupun kepribadiannya.
5. Melakukan uji-coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi.
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji-coba.
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.
Contoh Pedoman Observasi Praktik Sholat :
Tujuan :
Untuk memperoleh data tentang kemampuan peserta didik dalam melaksanakan sholat yang baik dan benar.
Petunjuk :
Berilah tanda cek (V) pada kolom-kolom skala nilai (A-B-C-D dan E) sesuai dengan hasil observasi.



PEDOMAN OBSERVASI PRAKTIK SHOLAT
Nama                                           :
Matapelajaran                           :
Pokok bahasan                           :
Kelas/semester                          :
Hari/tanggal                               :
Kompetensi Dasar                         :


Skala nilai
Keterangan
No
Aspek-aspek yang diobservasi
A
B
C
D
E

1
Gerakan-gerakan sholat :







a. Takbiratul ikhram







b. Rukuk







c. Sujud







d. Tahiyat awal







e. Tahiyat akhir







f. Salam






2
Bacaan Sholat :







a. Surat Al-Fatihah







b. Surat-surat pendek







c. Bacaan rukuk







d. Bacaan sujud







e. Bacaan tahiyat







f. Bacaan salam







Kesimpulan     :

Saran               :

Observasi,                                                                   Observer,


--------------------------                                                     --------------------------

B. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya.



Tujuan wawancara adalah :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Wawancara mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan wawancara antara lain (1) dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektifitasnya (2) dapat memperbaiki proses dan hasil belajar (3) pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis dan personal. Sedangkan kelemahan wawancara adalah (1) jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya (2) adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan (3) sering timbul sikap yang kurang baik dari peserta didik yang diwawancarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.
Pertanyaan wawancara dapat menggunakan bentuk seperti berikut :
1. Bentuk pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
2. Bentuk petanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka dimana peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik, karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
3. Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang bebas.
Untuk menyusunan pedoman wawancara, sebaiknya Anda mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan wawancara
2. Membuat kisi-kisi atau layout dan pedoman wawancara.
3. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan. Untuk itu perlu diperhatikan kata-kata yang digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap defensif.
4. Melaksanakan uji-coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun, sehingga dapat diperbaiki lagi.
5. Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.
Contoh:
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No.
Masalah
Tujuan
Pertanyaan
Bentuk Pertanyaan












Format Pedoman Wawancara
No.
Aspek-aspek yang diwawancara
Ringkasan Jawaban
Ket.
1.
2.









Dalam melaksanakan wawancara, Anda harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Hubungan baik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai perlu dipupuk dan dibina, sehingga akan tampak hubungan yang sehat dan harmonis.
2. Dalam wawancara jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bebas, ramah, terbuka, dan adaptasikan diri dengannya.
3. Perlakukan responden itu sebagai sesama manusia secara jujur.
4. Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat netral.
5. Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dengan bahasa yang sederhana. 

C. Skala Sikap (attitude scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Anda perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan madrasah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, Anda perlu mencari suatu cara atau teknik tertentu untuk menempatkan atau mengubah sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.
Dalam mengukur sikap, Anda hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berprilaku peserta didik terhadap objek. Anda juga harus memilih salah satu model skala sikap. Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :
1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti : selalu, seringkali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti : bagus sekali, baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti : sangat rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
5. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti : selalu (diberi kode 5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Salah satu model untuk mengukur sikap, yaitu dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi memilih juga penyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4.
Untuk menyusun skala Likert, Anda perlu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memilih variabel afektif yang akan diukur.
2. Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur.
3. Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif.
4. Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan.
5. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6. Melakukan uji-coba.
7. Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik.
8. Melaksanakan penilaian.
Contoh 1 : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Fiqih
Petunjuk :
1. Pengisian skala ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar. Anda tidak perlu mencantumkan nama dan nomor absen.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara memberikan tanda cek ( V ) pada kolom kosong yang telah disediakan.
Keterangan :
SS     = Sangat Setuju
S       = Setuju
TT     = Tidak Tahu
TS     = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No
Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
01
Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran Fiqih di kelas.





02
Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran Fiqih.





03
Saya suka melakukan praktik ibadah.





04
Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan Fiqih





05
Saya memperkaya materi dari guru Fiqih dan membaca buku-buku agama sebagai penunjang.





06
Saya senang mengulang pelajaran Fiqih di rumah.





07
dst






Contoh 2 :
Petunjuk :
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan tentang bagaimana kepuasan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Silahkan Anda memberi lingkaran pada alternatif jawaban yang telah disediakan.
1. Berapa besar antusiasme Anda terhadap mata pelajaran Bahasa Arab ?
a. Saya benci terhadap mata pelajaran Bahasa Arab.
b. Saya sangat antusias.
c. Saya tidak menyukainya.
d. Saya menyukainya.
e. Sedang-sedang saja.
2. Bagaimana pendapat Anda tentang mata pelajaran Bahasa Arab ?
a. Saya akan memilih bahasa asing yang lain.
b. Saya ingin pindah sekolah.
c. Saya ingin pindah sekolah jika saya memperoleh prestasi yang kurang baik.
d. Saya senang dengan pelajaran Bahasa Arab.
3. Bagaimana perasaan Anda terhadap pelajaran Bahasa Arab jika dibandingkan dengan perasaan orang lain?
a. Tidak seorangpun menyenanginya lebih daripada saya.
b. Saya lebih menyenanginya daripada orang lain.
c. Saya menyenanginya sama seperti orang lain.
d. Saya tidak menyenanginya sama seperti orang lain.
e. Tidak seorangpun yang menyenanginya.
Options pada skala Likert tidak disusun secara berurutan, tetapi dicampuradukkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya jawaban yang mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat yang sama, seperti selalu ingin memilih option nomor 3, 5, dan nomor-nomor tengah lainnya. Kecenderungan untuk memilih nomor-nomor ini karena option yang disediakan sudah diurutkan. Skala Likert biasanya menggunakan skala dengan lima kategori, tetapi dalam hal tertentu kita bisa menggunakan kategori-kategori yang lain dengan jumlah kategori ganjil, misalnya 3, 5, 7, 9, 11 dan seterusnya, sehingga ada kategori tengah-tengah yang merupakan kategori netral.
Sebenarnya, Anda dapat mengembangkan sendiri model skala sikap, misalnya mengukur sikap peserta didik terhadap Masjid. Untuk proses standarisasi, sebaiknya jumlah pernyataan dalam skala sikap dibuat lebih banyak, misalnya 150. Setiap pernyataan diberi skor yang bergerak dari 0 – 11. Skor yang diperoleh dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah item yang dipilih. Hasil rata-ratanya menunjukkan bagaimana sikap peserta didik terhadap Masjid. Sebaliknya, makin besar skor rata-rata yang diperoleh, berarti makin buruk sikap peserta didik terhadap Masjid.
Contoh 3 :
Petunjuk : Isikanlah tanda cek (V) pada setiap pernyataan yang dapat melukiskan bagaimana sikap Anda terhadap Masjid.
1. Menurut pendapat saya, pelajaran di Masjid pada umumnya tidak mempunyai peranan sosial yang berarti.
2. Saya percaya kepada Tuhan, tetapi saya jarang pergi ke Masjid.
3. Menurut hemat saya, Masjid adalah parasit dalam masyarakat.
4. Saya yakin, Masjid merupakan lembaga yang terpenting dalam masyarakat.
5. Saya percaya, Masjid dapat mempromosikan keadilan sosial.
Skor yang diberikan untuk tiap-tiap contoh item di atas adalah sebagai berikut :
No.Item
Skor
1
2
3
4
5
8,3
5,4
11,0
0,2
1,2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar